Apabila orang yang beramal karena mengharap ketenaran dan kedudukan, tentu akan bermalas-malasan atau merasa berat, jika ada pertanda harapannya akan kandas. Orang yang beramal karena mencari muka di hadapan pemimpin atau penguasa, tentu akan menghentikan amalnya, jika pemimpin tersebut turun dari jabatannya.
Ikhlas merupakan salah satu dari berbagai amal hati. Amal akan menjadi sempurna, hanya dengan ikhlas. Amal yang tidak disertai dengan ikhlas, ibarat gambar mati atau raga tanpa jiwa. Allah SWT hanya menginginkan hakikat amal, bukan rupa dan bentuknya. Dia menolak setiap amal yang pelakunya tertipu dengannya.
Maksud ikhlas di sini adalah menghendaki keridhaan Allah SWT dengan suatu amal, membersihkannya dari segala noda individual maupun duniawi. Tidak ada yang melatarbelakangi suatu amal, kecuali karena Allah SWT. Praktis dalam ikhlas, tidak ada noda yang mencampuri suatu amal. Imam Al Ghazali pernah mengatakan bahwa segala sesuatu digambarkan mudah bercampur dengan sesuatu lainnya. Jika bersih dari pencampurannya dan bersih darinya, maka itulah yang disebut murni. Perbuatan yang bersih dan murni disebut ikhlas.
Allah SWT berfirman, ''... (berupa) susu yang bersih antara kotoran dan darah, yang mudah ditelan bagi orang-orang yang meminumnya.'' (QS An Nahl: 66). Kemurnian susu itu diukur tanpa adanya campuran kotoran dan darah atau segala sesuatu yang memungkinkan bercampur dengannya. Ikhlas kebalikan syirik. Siapa yang tidak ikhlas, berarti dia musyrik. Hanya saja syirik itu mempunyai beberapa derajat.
Ikhlas dalam tauhid kebalikan dari syirik dalam uluhiyah. Syirik ada yang tersembunyi, ada pula yang terang-terangan. Begitu pula ikhlas. Ikhlas dan kebalikannya sama-sama menyusup ke dalam hati karena memang hatilah tujuannya. Ikhlas akan memberikan kekuatan untuk beramal secara berkesinambungan. Seseorang yang beramal karena nafsu perut akan menghentikan amalnya bila tidak mendapatkan sesuatu yang mengenyangkan nafsunya.
Orang yang beramal karena mengharap ketenaran dan kedudukan, tentu akan bermalas-malasan atau merasa berat, jika ada pertanda harapannya akan kandas. Orang yang beramal karena mencari muka di hadapan pemimpin atau penguasa, tentu akan menghentikan amalnya, jika pemimpin tersebut turun dari jabatannya. Sedangkan orang yang beramal karena Allah SWT, tidak akan memutuskan amalnya, tidak mundur, dan tidak malas-malasan sama sekali. Sebab, alasan yang melatarbelakangi amalnya tidak pernah sirna.
Allah SWT berfirman, ''Tiap-tiap sesuatu pasti binasa, kecuali Allah. Bagi-Nyalah segala penentuan, dan hanya kepada-Nyalah kamu dikembalikan.'' (QS Al Qashash: 88). Upaya mengetahui hakikat ikhlas dan pengamalannya laksana lautan yang dalam. Semua orang bisa tenggelam di dalamnya, kecuali hanya sedikit. Inilah yang dikecualikan dalam firman Allah SWT, ''Kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlis di antara mereka.'' (QS Shad: 83).
Wallahu a'lam bi ash-shawab.
No comments:
Post a Comment